~perempuan yang memeluk cinta~


jika lelap, dia tidur seperti aku dengan rambut kusut terburai di atas bantal dan sesekali mengigau atau menangis karena mimpi buruk. suara katak dari sawah di samping rumah mengingatkannya pada hujan dan cucian yang belum kering sempurna. tapi bukankah alam selalu mencintainya?

ketika api mulai dihidupkan dan dia menyiapkan sarapan sambil menyeduh segelas teh hangat, barangkali dia ingat padaku dan seorang lelaki yang berlayar ke tengah laut meninggalkan bekas sendu di kusen pintu. kami selalu tinggal di benaknya lebih lama dari yang bisa kami bayangkan, mengendap sampai ke dasar seperti tumpukan magnesium di dasar panci tempat dia mendidihkan air.

pada malammalam sewaktu aku berbaring sendiri sambil menatap langitlangit kamar yang tidak pernah gelap, kadang aku rindu lengannya memeluk bahuku, seperti mengambil semua beban yang tersampir di sana, dan menyembunyikannya di belakang punggungnya sendiri. ketika itu aku tahu cinta memeluk lewat sepasang lengan.

kapan aku pulang terakhir kali?
menemukannya tersenyum dengan binar semesta di matanya, tempatku bercermin dan menemukan diriku sendiri, lalu sama bercerita seperti sepasang sahabat yang lama tidak berjumpa.

ibu,
jika pelukmu adalah cinta, aku mau menjadi ladang persemaian tempat mereka tumbuh dan meneduhkanku dengan rindangnya.
jika pelukmu adalah semesta, maka kau pasti matahari tempat seluruh gravitasi bersarang dan mengatur keseimbangan.
jika pelukmu adalah samudra, aku tidak pernah takut sekalipun aku tidak bisa berenang.
jika pelukmu adalah hujan, aku mau menjadi tanah tempat ia kembali, pergi lalu datang lagi.

ibu,
tibatiba aku bosan bermalasmalasan dan ingin pulang membantumu mencuci baju. mungkin daundaun yang jatuh di halaman mulai membusuk bersama tanah dan tidak perlu disapu, seperti ingatan menyedihkan yang selalu terlalu sulit diceraikan dari otak bebalku.

ibu,
aku ingin memperhatikan wajahmu ketika kau lelap dan tidur seperti aku dengan rambut kusut terbuari di atas bantal. kau tidak akan terbangun kalaupun aku berdiri di sana dan diamdiam mencium kakimu seperti dulu.

sungguh, ibu, aku ingin pulang dan tidur dalam pelukanmu.
semarang, 16 oktober 2012: 11.15’

Comments

Popular Posts