Bukan Surat Cinta


Pukul 18.24 di Semarang.
Kemarin malam turun hujan, tapi malam ini masih sepi. Bahkan angin seperti mati karena aku tidak merasakannya bahkan setelah membuka jendela. Aku menulis ini di dekat jendela kamarku setelah makan malam yang kubeli dengan sisa uang terakhir di dompet, ditemani lagu I Can Wait Forever milik Air Supply.
            Aku melihat beberapa potong awan di langit, tapi tidak satu pun bintang yang tampak. Kau masih ingat tentang pohon mawar milik temanku yang pernah kuceritakan? Dua pot pohon mawar itu sekarang diletakkan di luar, di dekat pagar. Salah satunya sedang berbunga, bunga mereka yang kelima.
Aku membayangkan: sedang apa kau sekarang? Mungkin....
Kau sedang berbaring di kamar, ditemani laptop yang menyala memutarkan beberapa lagu. Dan tidak satu pun dari lagu-lagu itu yang akan mengingatkanmu padaku.
Atau,,,
Kau sedang memandangi langit sambil berbaring seperti biasanya di bak truk yang parkir di halaman dengan berbantal satu lengan. Jangan sampai lupa memakai baju, kau bisa kedinginan. Atau kau menyukai dingin? Setidaknya agar kau tahu kau masih bisa merasakan sesuatu.
Atau,,,
Kau sedang berbicara dengan seseorang yang entah siapa tentang kuliahmu tadi siang, tentang cuaca, atau tentang apa saja. Aku harap dia yang entah siapa itu tidak membuatmu tertawa sekarang. Sebab rasanya aku mau menjadi seperti Tohno-kun dalam film 5 centimeter per second yang harus naik kereta api berjam-jam di tengah badai salju, hanya untuk melihatmu tertawa. Baiklah. Itu agak sedikit berlebihan.
Atau,,,
Kau sedang duduk di dalam menunggu penjual nasi goreng lewat di depan. Rasanya aku hampir lupa kapan terakhir kali aku bertanya: apa kau sudah makan? Tapi tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Bukankah mustahil kau akan lupa makan hanya karena tidak ada yang menanyakan pertanyaan klise itu padamu?
Atau,,,
Kau sedang ingat padaku.
Tentu saja ini kemungkinan yang sangat mengada-ada. Tapi biar saja aku memasukkannya dalam kemungkinan-kemungkinan ini sebagai salah satu usaha kecil untuk menghibur diri sendiri. Seperti biasanya aku selalu saja terlalu melankolis tentang hal-hal kecil atau cuma sebuah lagu.
Sedang apapun kau sekarang, apapun yang sedang kau kerjakan atau kau rasakan, aku tidak bisa berhenti berharap suatu ketika di waktu senggang, kau akan menemukan dan membaca tulisan ini, lalu tersenyum dan mengerti satu hal: aku memikirkanmu, bahkan di saat kau mengabaikanku.

:pada puisiku, yang memilih untuk memunggungi waktu

Comments

Popular Posts