Hadiah dari Langit
Semarang, 5 Oktober 2012
Hujan pertama jatuh malam ini, di hari ulang
tahunku.
Akhirnya aku
mendengar lagi bunyi air jatuh menimpa atap, membasahi tanah, membasahi
daun-daun. Tanah Semarang sudah kering begitu lama, memanggang rumput-rumput
menjadi kecoklatan. Akhirnya....basah juga.
Hujan ini
seperti hadiah dari langit untukku.
Mendinginkan udara,
mendinginkan perasaan. Hadiah ulang thaun dari Tuhan. Hadiah paling indah dan
menentramkan.
Aku tidak
pernah bosan untuk mengatakan bahwa hujan selalu mengingatkan pada kenangan,
bahwa hujan memberikan banyak inspirasi. Seperti malam ini. Dan aku harus
bahagia sekarang. Karena sampai lagi pada tanggal ini. Karena mendengar lagi
bunyi hujan. Karena masih banyak orang yang masih mau bicara padaku,
mendengarkanku, mengingat tanggal alhirku dan memberikan do’a-do’a terbaik.
Kadang-kadang
aku terlalu sibuk menginginkan sesuatu di luar jangkauan sampai lupa bersyukur
untuk sesuatu yang dekat denganku: orang tua, keluarga, dan teman-teman yang
selalu ada dan tidak perlu kucari karena mereka selalu di sini. Apakah mereka
mengingat tanggal lahirku atau tidak, apakah mereka memberikan hadiah tau
tidak, sungguh bukan hal yang penting. Kebaikan mereka tidak bisa diukur dengan
satu ingatan tentang ulang tahun, meskipun jika mereka ingat dan mengucapkan do’a
untukku, aku tidak bisa berbohong bahwa aku merasa senang.
Dan malam ini,
ketika aku duduk di kampus dengan begitu banyak perasaan yang tidak kuketahui,
hujan turun di luar. Aku menikmati bunyi air yang memukul atap sambil
membayangkan hari-hari selanjutnya yang barangkali akan dipenuhi mendung dan
gerimis. Ini benar-benar hujan pertama setelah sekian lama. Dan aku senang
sampai ingin membicarakannya dengan siapapun yang mau mendengarkan dan menjawab
jika aku mengatakan kalimat sederhana semacam:
“hujan pertama
bulan ini”
Aku ingat
padamu.
Tapi
mungkinkah kau akan menjawab kailmat bodoh semacam itu sedangkan kau bahkan
lupa sekarang adalah ulang tahunku? Sungguh, aku tidak ingin membiarkanmu
merusak kesenanganku kali ini. Aku ingin senang meski hanya beberapa menit
saja, benar-benar senang tanpa cemas memikirkanmu. Sebab aku tahu, sebentar
lagi, nanti, atau besok, akan ada hal lain yang membuatku tidak senang.
Jadi aku harus
mengumpulkan alasan untuk berbahagia: teman-teman serumah yang berkumpul dan
mengucapkan selamat ulang tahun tadi pagi, ibuku yang menelfon dan tidak
percaya usiaku sudah sebanyak itu, beberapa teman lama yang mengirimkan pesan,
dan tentu saja hujan yang turun malam ini.
Aku ingin
sekali melupakan sebentar hal-hal yang membuatku cemas dan kacau. Ini adalah
hariku. Ada banyak hal yang harus kulakukan nanti dan besok. Meskipun kadang-kadang
dengan bodohnya aku mengasihani diriku sendiri, aku tetap harus berpura-pura
kuat sambil berharap aku memang tidak selemah ini, sebenarnya.
*Terimakasih
untuk bapak, ibu, kakak, adik-adik dan teman-teman tercintaku. Kalian adalah
alasanku untuk tetap tersenyum dan merasa hidup.
Comments
Post a Comment