(Terpaksa) Multitalenta
Menurut kalian, apa yang dipelajari seorang calon guru SD
di bangku kuliah?
Kebanyakan temanku dengan lugunya mengira aku mempelajari
materi anak SD di kampus, semacam penjumlahan 2 + 3 atau menghafal nama-nama
ibukota negara. Ternyata tidak sesederhana itu, kawan-kawan. Bagaimana siswa
akan cerdas kalau gurunya hanya menguasai materi yang sama dengan mereka?
Hal yang paling berkesan sampai saat ini adalah kami dibuat
merasa atau dipaksa untuk merasa bahwa kami sungguh sangat multitalenta.
Bagaimana tidak? Sejak semester 2 sampai
semester 4 banyak mata kuliah yang sebenarnya menuntut “bakat”. Tugas-tugas
untuk mata kuliah itu membuat kami kadang-kadang merasa frustasi, tapi rasanya
benar-benar berkesan ketika dikenang. Bagaimana tidak? Tugas-tugas itu memaksa
kami menjadi pemulung, pelukis, bahkan koreografer dadakan.
Semester 2-Awal Semua
Cerita
Dua mata kuliah yang cukup menyita waktu, tenaga, emosi,
biaya dan perhatian di semester ini adalah Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
serta Pendidikan Seni dan Drama Tari. Bayangkan saja, kami harus membuat senam
sendiri dengan musik pilihan sendiri sebagai tugas akhir. Jadilah di kos kami
seperti sekumpulan ibu-ibu yang sedang berlatih aerobik. Tapi itu belum
seberapa dibanding tugas seni tari yang sungguh luar biasa. Sebagai awalan,
kami harus menari tari tradisional (waktu itu tari yang diberikan adalah Tari
Payung). Hasilnya: aku menangis diam-diam usai ujian individu karena aku tidak
lulus (padahal sudah latihan jungkir balik di kos bersama teman-teman). Tugas yang
menyusul setelah itu adalah:
Ć Menarikan Tari Payung secara berkelompok (kos kami yang
sempit jadi makin sempit sampai harus latihan di halaman dan jadi perhatian
orang-orang yang lewat)
Ć Tari kreasi kelompok (sampai sekarang aku trauma dengan lagu
“Love Me”nya Justin Bieber)
Ć Tari individu (ini yang paling parah, aku benar-benar tidak
bisa menciptakan gerakan dan entah sampai berapa kali ganti lagu)
Ć Pentas kelompok di parkiran kampus (benar-benar tidak ingin
kuingat: kami mendownload belasan video tutorial tari sebagai inspirasi gerakan
dan harus melupakan rasa malu dengan menari di parkiran)
Puncak dari segalanya adalah tugas akhir membuat pentas tari
dengan aransemen musik sendiri, make-up sendiri dan koreografi sendiri. Selama lebih
dari sebulan kami berlatih di kampus sampai malam hari, dihantui sampai ke dalam
mimpi, dan semua orang menjadi lebih sensitif ketika itu. Tenaga, waktu, biaya
dan emosi benar-benar dikuras. Menyatukan waktu latihan untuk 20 orang saja
sudah sulit, apalagi menyatukan pemikiran isi kepalanya. Sungguh luar biasa. Membuat
jalan cerita, membuat dan menghafalkan gerakan, latihan make-up, browsing
kostum, terintimidasi kelompok lain, sampai ribut masalah musik. Lebih luar
biasa lagi karena setelah selesai gladi bersih sampai malam, kami harus
mengikuti penilaian tugas akhir senam sampai jam 10. Ketika berjalan pulang,
kami tidak yakin kami masih punya sisa tenaga. Maka setelah selesai turun dari
panggung pentas, kelegaan yang kami rasakan benar-benar tidak bisa dilukiskan. Semua
selesai. Lunas.
bersama teman sekamar yang malah bangga dengan make upnya karena merasa rambut palsunya mirip bang oda |
nampang bareng teman2 kos yang ikut pagelaran tari tahun ini (kami ikut pagelaran tahun sebelumnya) |
Semester 3-Seni yang
Menyiksa
Pendidikan Seni Rupa serta Pendidikan Kerajinan dan
Keterampilan Tangan mengingatkanku pada masa-masa sekolah menengah ketika tidak
ada satupun hasil karyaku yang patut dibanggakan, termasuk si lukisan absurd
yang sudah kuceritakan. Sekarang aku dipaksa lagi untuk manggambar. Kali ini
objeknya adalah: daun jati. Jadilah kami memunguti daun jati di kampus,
membawanya pulang ke kos dan mencoba menggambarnya. Teman-teman benar-benar
serius sedangkan aku menyelesaikan gambar itu dalam satu malam saja. Hasilnya:
sama saja seperti dulu.
aku setuju sekali kalau kalian bilang gambar ini bagus, sayangnya ini bukan punyaku....cuma minjem :D |
nah,,,,yang ini keliatan banget --ancurnya-- aku yang bikin |
Belum cukup dengan seni rupa, tugas KTK juga tidak kalah
heboh. Pertama kami harus menyulam di atas kain strimin. Tentu saja aku memilih
objek yang sekecil dan sesederhana mungkin (rasanya geli sekali membayangkan
cowok-cowok juga harus menyulam). Selanjutnya kami membuat enam pasang boneka
nusantara dari kertas. Bentuk mereka yang cukup rumit dan kecil membuat kami
harus sabar dan teliti. Waktu itu kami juga harus kemah di Kendal, jadi tugas
menyelesaikan boneka-boneka kertas itu sangat menyita waktu. Seisi kos penuh
dengan kertas warna warni dan lem.
sulamanku: I untuk Ismi ^_^ |
boneka jawa tengah ini namanya mas bambang dan mba dewi |
aku jadi terkenal ik... sisi lainku :P
ReplyDeletegambar ku kao pajang2 tanpa ijinn..hahhaha
malahane to men melu nampang :p
ReplyDelete