Spasi-Yang Terlalu Lebar
“Seindah apapun huruf
terukir, dapatkah ia bermakna bila tak ada jeda? Dapatkah ia dimengerti bila
tak ada spasi?
Bukankah kita baru bisa
bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang jika ada ruang? Kasih sayang akan
membawa dua orang semakin berdekatan, tapi ia tak ingin mencekik, jadi ulurlah
tali itu.
....
Mari berkelana dengan
rapat tapi tak dibebat. Janganlah saling membendung apabila tak ingin
tersandung.
Pegang tanganku, tapi
jangan terlalu erat, karena aku ingin seiring dan bukan digiring.”
Dee-Spasi
Spasi, selalu dibutuhkan untuk menjadi jeda antar kata-kata,
agar mereka mudah dimengerti dan lebih bermakna. Benar, kita tidak akan bisa
bergerak tanpa ruang.
Tapi berapa jarak spasi yang dibutuhkan?
Seindah apapun huruf terukir, dapatkah ia terlihat indah
jika ada jeda yang terlalu lebar? Akan terlihat tidak proporsional., seperti
anak kecil memakai baju kebesaran, atau ruangan besar tapi kosong melompong.
Masihkah kasih sayang akan membuat dua orang berdekatan
dengan jarak yang terlalu lebar?
Tidak seorang pun ingin tercekik tali yang diikat terlalu
kencang. Tidak seorang pun ingin dibebat dengan rapat sampai sulit bernapas. Tidak
seorang pun ingin digiring dengan digenggam terlalu erat. Tapi juga tidak
seorang pun ingin dilepas terlalu bebas, digenggam terlalu lemah, hingga ikatan
itu menjadi samar dan tidak terlihat jelas.
Spasi itu, harusnya satu saja, tidak terlalu berlebihan.
Semarang, 10 September 2012: 21.00’
Comments
Post a Comment