Surat Cinta(3)
Semarang,
3 November 2011
Selama
ini kami merasakan kehadiranmu seperti antara ada dan tiada. Kadang kau berulah
macam-macam sehingga aku hampir saja membencimu. Kadang kau menjadi orang yang
mudah terharu dan bahkan bisa menangis di hadapan orang lain. Rasanya tidak
banyak waktu yang pernah kita lalui bersama. Kau sibuk dengan duniamu dan aku
kadang lupa bahwa kau benar-benar ada.
Sebenarnya
aku punya kilasan-kilasan kenangan tentang kita. Waktu aku masih sangat kecil
kau sering mengajakku menonton Ultraman dan Power Rangers atau bersepeda dengan
sepeda merah kecilmu. Ketika aku mulai tumbuh lebih besar, kau mulai tidak
menyukaiku dan tidak pernah mau bermain di tempat di mana aku bermain. Ketika
sudah sama-sama dewasa, beberapa kali kita duduk bersama, menceritakan
rencana-rencana masa depan yang ingin kita susun. Aku ingin selalu percaya
bahwa kau bisa menepati kata-katamu sendiri. Tapi selama ini kau kelihatannya
hanya pintar berteori.
Mungkin
kau tidak tahu aku pernah beberapa kali mengamati wajahmu ketika kau tidur.
Kata orang, seseorang akan terlihat paling polos ketika tidur, dan aku ingin
melihat wajahmu yang seperti itu. Kuamati wajahmu yang terpejam dan kudengarkan
bunyi napasmu, lalu bertanya-tanya apakah selama ini kau sudah cukup
mengenalmu. Betapapun seringnya kau bertingkah menyebalkan dan membuat sedih
orang-orang yang kucintai, betapapun seringnya aku hampir membencimu, aku tetap
yakin kau masih menyisakan kebanran dalam hatimu yang akan membawamu pada
kebaikan bagi dirimu sendiri. Kau sudah dewasa, harusnya bisa mengambil
tindakan-tindakan nyata untuk masa depanmu, bukan hanya berteori tanpa praktik.
Mungkin
aku juga tidak tahu, aku juga senang ketika beberapa saat yang alu kau bersikap
lebih manis. Kau lebih sering melewatkan waktu bersama dan menunjukkan
keberadaanmu di antara kami. Ketika malam itu kau mau mengantarkanku membeli
kado pernikahan untuk temanku, aku senang seperti ketika dulu kau mengajakku
menonton ultraman. Ada semacam perasaan nyaman ketika duduk di boncengan dan
memeluk pinggangmu dari belakang. Aku tersenyum-senyum sendiri, kembali menjadi
anak perempuan kecil yang dulu duduk di boncengan sepeda merah kecil milikmu.
Aku juga senang ketika kau mau mengantarkanku saat aku akan kembali ke
Semarang. Bisa menjabat tanganmu dan menciumnya membuatku merasa benar-benar
memilikimu. Bahkan aku bisa menjadi terharu hanya karena membaca pesanmu yang
menanyakan kabarku, lalu berkata agar aku berhati-hati dan menjaga diri
baik-baik.
Sekarang,
kadang-kadang aku jadi merindukanmu.
Aku
berharap suatu saat kita bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama, untuk
sekedar duduk dan bercerita, atau menyanyi sambil kau bermain gitar. Sementara
kau pergi jauh menyusun masa depan, aku akan belajar memasak lebih baik lagi
agar ayah dan ibu tidak mengatakan bahwa kau lebih pandai memasak dibanding
aku. Bagaimanapun juga darah yang sama mengalir dalam tubuh kita, mengikat kita
untuk bersama-sama memberikan sedikit kebahagiaan bagi dua orang yang telah
menjadikan kita dewasa, seperti yang pernah kau bicarakan dulu bersamaku.
With love,
Your sister
Comments
Post a Comment