Kejahatan Saya
Ternyata
banyak bicara dan banyak berpikir tidak membuat saya terlihat lebih baik
Mereka
bilang saya jahat.
Ya,
barangkali itu benar. Saya jahat. Saya sudah banyak mengatakan kata-kata kejam
pada orang lain. Saya sudah sering bersikap tega pada orang lain. Saya sendiri
tidak tahu saya bisa sekejam dan setega itu.
Ketika
sesuatu tidak berjalan seperti yang saya pikir seharusnya dijalankan, saya
mulai gusar dan terlalu terburu-buru. Saya sering tidak bisa mentolerir
alasan-alasan yang tidak jelas. Saya kesal jika orang lain memilih mengerjakan
hal lain yang entah apa dibanding kepentingan bersama. Memang saya bukan orang
yang paling pintar, orang yang paling benar, orang yang paling hebat atau orang
yang paling rajin. Saya hanya orang yang terlalu banyak bicara.
Tidak.
Saya
tidak akan menyampaikan pembelaan.
Saya
lelah.
Saya
salah. Saya tahu itu.
Semua
kesalahan ada pada saya. Saya terlalu kejam, terlalu jahat, terlalu tega dan
terlalu banyak bicara. Benar, tidak semua orang bisa disamakan. Sejak lama saya
sudah belajar menghadapi banyak orang, dan saya tahu tidak akan selamanya hal
itu mudah. Setiap orang punya pemikiran yang berbeda-beda dan menyampaikannya
dengan cara yang berbeda-beda. Saya tidak tahu apa yang benar dari sikap saya.
Mungkin semuanya salah. Pikiran saya salah. Cara saya salah. Kata-kata saya
salah. Itu kebodohan saya. Saya tidak akan lagi menyalahkan orang lain atau
mengutuki keadaan. Saya akan mulai dengan menyalahkan diri saya sendiri.
Bercermin melihat wajah saya yang barangkali sudah bopeng dan coreng moreng.
Wajah kejam saya. Wajah saya yang jahat.
Mulai
sekarang saya berkata pada diri saya sendiri: diamlah.
Tidak
perlu bicara jika tidak perlu. Saya harus tahu kapan waktunya bicara dan kapan
harus diam. Saya sudah dianggap sekejam ini, dan saya tidak mau dianggap lebih
kejam lagi. Tidak ada gunanya memberikan terlalu banyak pemikiran pada hal-hal
yang tidak diperhatikan. Barangkali, menjadi apatis dan tidak peduli adalah
pilihan terbaik. Toh, kata-kata saya hanya dianggap sampah.
22 Juni 2012
Comments
Post a Comment