Walaupun Sendirian
“Untuk
urusan lapar, tidak ada kompromi.
Saya
harus makan –walaupun sendirian”
Saya bukan orang yang hobi makan. Menurut saya
makan adalah suatu kebutuhan. Bukankah tanpa makan semua makhluk hidup akan
mati? Karena itu jika ingin terus hidup, saya harus makan. Lain halnya dengan
wisata kuliner. Itu memang bisa dikatakan sebuah hobi, karena ada usaha untuk
mencari makanan enak di berbagai tempat dan mencicipinya. Tapi saya bukan orang
yang punya hobi wisata kuliner, karena keterbatasan dana, tentunya.
Sejak saya kecil, ibu selalu membiasakan semua
anggota keluarga untuk makan pagi. Ibu akan marah jika saya berangkat sekolah
tanpa mau sarapan. Kebiasaan ini terbawa sampai saya kuliah sekarang. Jika ada
jadwal kuliah jam 7, bisa dikatakan saya selalu sarapan. Sarapan sangat penting
bagi saya, karena melewatkannya bisa mengakibatkan berkurangnya konsentrasi
saya selama kuliah akibat terganggu rasa lapar.
Selain hampir tidak pernah melewatkan sarapan, bisa
dikatakan juga bahwa saya selalu makan tiga kali sehari. Jika saya sampai makan
dua kali atau hanya satu kali sehari, maka itu adalah hal yang sangat tidak
biasa-sampai saya akan pamer kepada teman-teman. Saya kurang suka jika ada
jadwal kuliah melewati makan siang, karena itu berarti saya harus makan di
luar, entah itu di kantin atau di warung. Jika tidak makan siang sampai kuliah
berakhir sekitar jam 3, ada kemungkinan saya akan tersiksa oleh rasa lapar.
Karena itu saya akan “menculik” siapa saja yang mau menemani saya makan (tentu
hanya mengajak saja, tidak membayarkan).
Dengan pola makan yang sangat teratur dan porsi
yang lumayan banyak juga, beberapa teman merasa iri karena berat saya tidak
pernah sampai 50 kilogram. Saya sendiri tidak mengerti, kenapa sejak dulu berat
saya tidak pernah melebihi angka 46. Menurut analisa ibu saya, yang tentu saja
tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, hal ini terjadi karena saya
tidak suka makan sayuran. Memang, banyak sekali nama sayuran yang masuk ke
dalam daftar makanan yang tidak saya sukai. Bahkan beberapa di antaranya
benar-benar tidak pernah saya sentuh. Karena itulah ibu saya mengatakan saya
selalu kurus kering-akibat tidak suka makan sayur.
Karena kebiasaan makan saya yang selalu harus tiga
kali itu, beberapa kali saya terpaksa makan sendirian di luar, karena tidak
menemukan korban untuk dipaksa menemani saya makan. Hal itu terjadi hari ini.
Saya keluar kelas setelah mengerjakan mid
matematika pada jam 12 siang. Waktu masih tersisa setengah jam, sebenarnya.
Bukan karena saya begitu pintar sehingga saya cepat keluar, tetapi karena saya
sudah lapar-saya tidak mengerti kenapa setiap kuliah matematika saya jadi lebih
cepat lapar. Tidak ada korban untuk saya seret ke kantin. Apalagi saya dikejar waktu
karena satu jam lagi masih ada satu mata kuliah, dan sebelum itu saya juga
harus salat. Tanpa memikirkan apa-apa saya melesat ke kantin, memesan makanan,
dan duduk makan, sendirian.
Kantin belum begitu ramai ketika itu. Saya
menghayati acara makan saya tanpa mengalihkan pandangan ke arah lain, hanya
memandang piring dan gelas es teh. Sebelum saya selesai makan, kantin mulai
ramai. Orang-orang datang bergerombol bersama teman-temannya dan makan
bersama. Saya sepi sendiri, duduk di
tempat yang agak jauh dari keramaian itu. Sebenarnya saya sendiri bingung,
kenapa makan sendirian di tempat umum terasa agak aneh meskipun tidak ada hal
yang salah dengan itu. Barangkali karena manusia adalah makhluk sosial, maka
manusia merasa lebih nyaman jika melakukan sesuatu bersama dengan orang lain
dibanding jika melakukannya sendirian. Itu hanya teori bodoh saya. Toh
barangkali tidak ada yang peduli meskipun saya makan sendirian. Tidak akan ada
yang berpikir: “Wah, aneh banget tuh orang,
makan sendirian gitu” atau “Itu anak
pasti nggak punya temen deh.”
Saya juga tidak ambil peduli kalaupun ada yang
berpikiran seperti itu. Toh makan bukan sesuatu yang salah. Makan adalah
kebutuhan, dan saya adalah orang yang butuh makan tiga kali sehari. Saya nyaman
dengan kebiasaan makan saya itu, meskipun kadang harus terpaksa makan sendirian
seperti yang saya alami hari ini. Tidak masalah. Sejak dulu saya juga sudah
terbiasa berangkat sekolah sendiri, pulang sekolah sendiri, bahkan saya pernah
jalan-jalan sendiri. Bukan berarti saya tidak butuh teman, tetapi bagi saya
tidak harus semua hal dilakukan bersama orang lain, karena itu akan menyebabkan
saya takut jika harus melakukannya seorang diri. Apalagi untuk urusan lapar.
Tidak ada kompromi. Saya harus makan, walaupun sendirian.
Beringin 17, 2 Mei 2012: 19.08’
Comments
Post a Comment