Ketika Kau Jatuh Cinta
Aku masih tersenyum sambil melihatmu
bicara.
Aku suka matamu yang berkilauan
ketika kalimat demi kalimat meluncur dari bibirmu, seakan-akan ada
kunang-kunang yang beterbangan di dalam bola matamu yang pekat itu.
Aku suka nada bicaramu yang ceria,
seperti biasanya, tidak pernah ragu pada apa yang kau ucapkan.
Aku suka apapun yang bisa kulihat
ketika itu. Karena terlalu menikmati perasaanku sendiri, hampir saja aku tidak
memperhatikan apa yang sebenarnya kau katakan.
“Hatiku tidak pernah sehangat ini
sejak bertahun-tahun yang lalu,” katamu, masih dengan kunang-kunang yang makin
berbinar di matamu.
Akhirnya aku berhasil menyusun
kesadaranku sedikit demi sedikit.
“Jadi....”
Kau tersenyum. Seingatku, itu adalah
senyuman paling bahagia yang pernah kulihat darimu.
“Aku jatuh cinta.”
Sesuatu menggelegak di perutku. Apa
artinya jika kau jatuh cinta?
Artinya kau menginginkan seseorang di
dekatmu.
Artinya kau ingin dia yang mekar di
sampingmu.
Artinya kau telah memilih.
Aku tidak mengerti, kenapa terasa ada
yang menyengat tepat di dekat jantungku.
###
Dari kejauhan.
Berlindung di balik bayang-bayang.
Sebesar apapun keinginanku untuk
mendekat, langkahku tertahan di tempat yang sama. Aku tidak bisa beranjak lebih
jauh lagi.
Senyummu selalu memaksaku untuk ikut
tersenyum. Meski itu getir.
Aku bertanya-tanya sambil memandangi
senyum bahagiamu: apa yang telah membuatmu jatuh cinta? Apa yang ada padanya
hingga pantas membuatmu jatuh cinta? Kenapa dia?
Aku menggugat.
Bagiku kau adalah kata-kata yang
berlarian di sepanjang jalan. Kau adalah kata-kata yang mengalir bersama cahaya
matahari di pagi hari. Kau adalah kata-kata yang membuat bunga-bunga
bermekaran. Kau adalah sesuatu yang membuatku mampu menunggu.
Hari ini kau masih saja tersenyum,
seperti kemarin.
“Hari yang terindah,”kau bilang, ”Ketika
dia mengupaskan apel untukku.”
Aku tersenyum. Bagi orang yang sedang
jatuh cinta, hal kecil pun bisa menjadi begitu membahagiakan. Sepertiku yang
pernah kegirangan hanya karena satu sapamu.
Kau masih bercerita entah apa. Aku
hanya terpaku pada matamu yang mengerjap di sela-sela cerita itu. Angin bertiup
pelan, membuatmu merapikan rambutmu yang sedikit berantakan. Matamu menyipit
karena silau. Aku tidak akan heran jika setiap orang bisa jatuh cinta padamu. Bagiku,
harusnya semua orang mencintaimu. Dan aku tidak akan mengerti jika sampai ada
yang tidak begitu.
Tiba-tiba kau berpaling menatapku. Aku
terkejut. Barangkali aku sudah tertangkap basah sekarang. Tapi sepertinya kau
tidak memperhatikan apapun selain ceritamu sendiri.
“Bukankah dia sangat manis?” tanyamu
dengan nada tidak membutuhkan jawaban. Tapi aku menjawab juga.
“Tentu saja.”
Semua menyusut.
Menyisakanmu dan aku.
Semua mengabur.
Aku merasakan tetes-tetes gerimis
yang mulai membuat semuanya basah.
Bahkan membasahi wajahku hingga
pandanganku kabur dan tidak bisa lagi melihatmu. Atau, barangkali kau yang
perlahan-lahan mengabur. Aku tidak bisa lagi mengulurkan tangan untuk
menahanmu, bahkan untuk memungut satu kata saja yang mungkin kau sisakan.
Detik itu juga, aku berharap kau
tidak pernah jatuh cinta.
###
Aku mulai sibuk lagi.
Kau lebih sibuk juga.
Hingga aku lupa pada kilauan mata
yang lama tak terlihat di sana.
Aku bertanya-tanya ke mana
kunang-kunang itu pergi?
Setelah kurelakan semua kata-kata
pergi bersamamu, harusnya kau masih bisa tersenyum seperti saat itu. Harusnya kau
masih menyimpan binar itu di matamu, dan berkata padaku bahwa hatimu tidak
pernah sehangat ketika itu.
“Kenapa?”
Kau hanya menggeleng ketika aku
bertanya.
“Hatiku berbalik dengan mudahnya.”
Semua meredup.
Seperti apa sakitnya?
Tidak, jangan terluka.
Aku hanya bisa menelan kata-kata yang
tidak pernah bisa kukatakan.
Detik itu juga, aku sadar aku pernah
berharap agar kau tidak jatuh cinta.
Tapi aku menyesal telah
mengharapkannya.
Tidak, aku mau kunang-kunang itu
beterbangan lagi di matamu.
Aku mau senyummu.
Aku mau kebahagiaanmu.
Meskipun itu karena kau jatuh cinta.
Bukan padaku.
Beringin 17, 31 Mei 2012: 11.54’
Lebih memilih kau mekar, meski tidak lagi
dalam jangkauan
Comments
Post a Comment