About Ismi El Barca
Sebagai anak SMA labil
dua tahun yang lalu, beberapa kali aku mengganti nama profil Fbku. Mulai dari
Izmy Chan (sok keJepang-Jepangan), Izmy chan Oren, Ismi Oren Selalu (sedang
tergila-gila pada Persija) , sampai pada Ismi Sang Pemimpi (baru mengenal Bang
Andrea). Ternyata sudah empat kali ganti nama aku masih tetap labil, dan
akhirnya menemukan nama Ismi El Barca.
Sebenarnya aku termasuk
pendatang baru di dunia penggemar sepak bola. Perkenalanku dengan La Blau Grana
dimulai saat menonton Final Liga Champions 2009 antara tim Catalan tersebut
melawan Setan Merah Inggris (aku lupa bagaimana ceritanya aku bisa menonton,
kelihatannya latah ikut-ikutan temanku. Tapi pada saat itu aku sudah mengenal
sepak bola nasional dan sudah menjadi penggemar Persija). Ketika itulah Sang
Messayah mencetak gol dan dia terlihat begitu mengesankan bagiku. Maka aku pun
jatuh cinta padanya, dan tentunya pada El Barca.
Kadang-kadang manusia
memang aneh. Kita bertemu di dunia nyata, tapi ada beberapa orang yang begitu
senang atau bahkan lebih senang berinteraksi di dunia maya. Aku sendiri merasa
berada di golongan tengah. Menurutku jejaring sosial memang ada manfaatnya.
Beberapa kali aku menemukan teman lama di sana, beberapa kali menemukan teman
baru, menemukan inspirasi baru dan beberapa hal lainnya.
Aku agak terkejut ketika di kampus beberapa
teman lebih mengenalku dengan nama Ismi El Barca. Bahkan beberapa teman kukenal
gara-gara nama itu, terutama teman-teman yang sama-sama menyukai sepak bola.
Ya, bola bisa membuatku dengan mudah mengenal orang lain. Tak peduli dengan
siapapun aku senang membicarakan bola, terutama tentang tim biru-merah
favoritku: Barcelona.
Suatu ketika saat
keluar kelas, seorang teman yang selama ini hanya kukenal namanya tiba-tiba bertanya
pada teman lain sambil menunjuk padaku: “Eh, ini yang namanya Ismi El barca?” Sekarang
setiap kami satu kelas, biasanya dia akan bertanya apakah aku tahu tentang
hasil pertandingan Barca yang terakhir dan kemudian kegirangan jika aku
kesulitan menjawab (ini terjadi karena tv kosku rusak dan aku belum sempat
mencari berita di internet).
Beberapa teman
memanggilku hanya dengan sebutan “El Barca”, termasuk seorang kakak kelas yang
kelihatannya lebih suka memanggilku dengan sebutan itu. Tapi yang paling konyol
adalah ketika ada teman yang tidak tahu apa arti “El Barca” (golongan ini
adalah teman-teman perempuanku), sehingga membuatku tertawa karena ternyata
mereka memang tidak tahu sama sekali. Hal ini mengingatkanku bahwa beberapa
tahun yang lalu aku juga tidak tahu kalau Manchester United adalah nama
sebuah klub besar, dan bahwa Juventus
adalah klub dari Italia, bukan dari Inggris.
Menurutku sendiri aku
bukan penggemar yang sudah sampai pada tingkat fanatik, aku bahkan belum punya
jersey Barca, meskipun aku memang akan langsung tertarik pada benda apapun yang
berlambang Barcelona (sampai sekarang aku punya pin, gantungan hp, gantungan
kunci dan jam dinding (?) berlambang Barca). Itu belum seberapa, kan? Tapi
beberapa teman (terutama teman laki-laki) mengatakan bahwa mereka belum pernah
bertemu seorang perempuan penggemar bola yang sepertiku (:D). Barangkali
biasanya mereka bertemu cewe-cewe yang
hanya berbicara seputar betapa tampannya pemain ini atau betapa seksinya pemain
itu, dan bukannya membahas klasemen, perolehan poin atau kemungkinan bursa
transfer. Aku sendiri mengakui tidak memahami tentang teknik atau strategi permainan,
tentang kelebihan dan kekurangan seorang pemain, serta hal-hal teknis lainnya.
Paling banter aku hanya bisa
menjelaskan pada teman cewe yang
tidak paham apa itu offside, bagaimana
sistem kompetisi sepak bola (home-away) dan sistem perolehan poin (menang 3,
seri 1, kalah 0). Tapi bukankah yang paling penting adalah aku bisa menikmati
sepak bola itu sendiri?
Sebagai seorang
perempuan normal tentunya aku tidak bisa mengelak dari pesona para pemain
lapangan hijau. Ketika menyukai seorang pemain, bukan hanya skill dan sederet
prestasi yang menjadi perhatian, tapi juga kehidupannya di luar lapangan,
sampai pada siapa kekasihnya dan kapan tanggal lahirnya. Karena itulah kami
para perempuan akan memperhatikan detail-detail kecil yang tidak diperhatikan
oleh laki-laki. Teman-temanku dekatku pasti paham, bahwa walaupun banyak nama
pemain yang kusebut-sebut (mulai dari Yongki, Alam, Bojan, Ozil, Chicarito,
sampai Pato), pemain yang paling kukagumi adalah Bepe dan Leo Messi. Ceritaku
tentang mereka akan kubagikan lain kali. J
Begitulah, sepak bola
memang mengesankan. Sepak bola tidak memandang perbedaan apapun: ras, suku,
agama, usia, status sosial ataupun gender. Siapapun berhak mencintai sepak
bola. Karena itu biasanya aku akan sedikit kesal jika ada yang berkata dengan
sinis atau nada tidak suka, “Kamu kan perempuan,
kok suka bola sih?” Sejauh
pengetahuanku, tidak ada larangan untuk itu. Maka, aku pun berhak menjadi
seorang Jakmania dan Barcelonistas selama aku suka. Aku berhak untuk menjadi
Ismi El Barca ataupun Ismi The Jak, selama yang aku suka.
Comments
Post a Comment