Proud to be ELF, Proud to be a Football Lover
MWO??? ISMI
NULIS TENTANG SUJU????? MEMANGNYA DIA
ELF????
ISMI TITIK
DUA tulisan tulisan siapa? Blog blog siapa??? MASALAH BUAT LOE????
Hohoo,,,just
kidding teman...
Tulisan ini
terinspirasi dari sekeliling dan murni mengandung subjektifitas dari diri saya
sendiri, jadi mohon dimaklumi jika ada yang tidak setuju atau sependapat.
Coretan di
bawah ini saya dedikasikan untuk:
·
Teman-teman ELF yang saya kenal dan merasa
mengenal saya (halaaah...sok tenar)
·
Teman-teman Barcelonistas di manapun berada
·
Teman-teman saya yang baik dan lapang hatinya
yang sudi membaca coretan ini
Sekian.
Terimakasih.
“how
wonderful life is
when
you are in the world
how
wonderful life is
when
i hear your song
proud
to love you with heart
proud
to shout your name
oh
i'm proud to be one of Sapphire blue
someday
if i have to live without you
i
don't care what is gonna come around my life
...
though
the years go by
i
will stay the same”
Pertama
kali melihat video dan mendengar lagu itu, perasaan pertama yang muncul adalah:
terharu. Entah bagaimana bisa-bisanya aku terharu melihat slide-slide itu,
sekalipun aku bukan ELF dan aku juga tidak hafal nama-nama wajah yang muncul di
sana. Video itu adalah hasil karya ELF Thailand dan merupakan sebuah bukti
kecil kecintaan mereka kepada 13 namja bernama Super Junior itu.
Kenapa
aku bisa terharu? Mungkin karena sedikit banyak aku mengerti perasaan semacam
itu: cinta yang tidak terbahasakan dan sulit dimengerti oleh orang lain yang
tidak merasakannya (wuiiii,,,,bahasa dari mana itu? Saya juga tidak tahu). Oke.
Apa hubunganku dengan Suju? Aku hanya tahu beberapa lagu dan juga hanya
menyukai beberapa lagu mereka (paling suka: No Others). Aku memang mengagumi
skill dan talenta mereka yang sudah berlatih keras selama training sejak mereka
masih remaja. Aku-sebagai perempuan normal-mengakui bahwa mereka oh-so-handsome-and-cute-and-etc. Aku
juga mengakui bahwa mereka pasti punya perjalanan panjang yang berat sebelum
sampai ke titik ini, titik di mana mereka dikenal dan dicintai jutaan orang di
muka bumi. Hanya sebatas itu. Aku tidak punya rasa cinta seperti yang mereka
rasakan, tapi setidaknya aku mencoba untuk mengerti-sekalipun kadang rasanya
masih janggal melihat begitu banyak pria tampan bernyanyi dan menari bersama
(*plaaak!!!! Maafkanlah saya, abaikan saja bagian ini. Pisss!!! J
)
Karena
aku punya sedikit pemahaman itulah, aku tidak heran melihat kegalauan
teman-temanku ketika mendengar SS4 akan digelar di negara ini, tanah air
Indonesia Raya tercinta. Teman-teman yang dimaksud adalah: mereka yang tidak
melewatkan “satu hari” pun tanpa menyebut dan membicarakan apapun tentang Suju,
mulai dari reality show mereka, tingkah laku mereka yang lucu, sampai kura-kura
kecil milik Ye Sung-kalau tidak salah- yang harganya jutaan. Saking seringnya
mereka membicarakan Suju seperti membicarakan seorang teman, saudara, keluarga
dan bahkan suami yang sangat mereka kenal, aku sampai hampir percaya bahwa
mereka pernah tinggal serumah dengan Suju dan sudah saling kenal selama
bertahun-tahun lamanya (Oke. Saya akui saya sedikit lebay). Aku mengerti
meskipun mungkin tidak sepenuhnya, karena aku juga tidak bisa membayangkan apa
yang akan terjadi padaku kalau Lionel Messi (apalagi dengan skuad Barca
lengkap) datang ke Indonesia untuk bermain di Gelora Bung Karno.
Ada
beberapa kemungkinan yang akan terjadi;
1. Aku
nekat menguras tabunganku dan meminjam uang kesana kemari kemudian hidup
terlunta-lunta selama berbulan-bulan berikutnya
2. Aku
menjadi manusia paling murung dan paling galau sedunia selama sebulan sebelum
dan sesudah kedatangan Leo
3. Pada
hari kedatangan Leo aku mengunci diri di kamar sambil nangis bombay memandangi
poster jumbonya yang terpasang manis di dinding sambil membayangkan: betapa
kerennya Leo ketika berlari di lapangan dan mencetak gol
4. Aku
hanya bisa berharap agar aku tidak menyesal seumur hidup
Tentu
saja aku tidak bermaksud membandingkan pemain-pemain bola favoritku dengan
member-member Suju (hal ini akan menghasilkan perbandingan yang sama sekali
tidak logis). Hal yang sama dari mereka adalah bahwa mereka sama-sama public
figure, mereka sama-sama punya skill dalam bidang masing-masing, dan mereka
sama-sama memiliki banyak pengagum di seluruh dunia. Hanya saja jangan
bandingkan penampilan mereka saat perform.
Suju-yang adalah entertainer-tentu saja begitu tampan dengan kostum-kostum yang
keren dan terlihat “berkilauan” di atas stage. Sementara pemain-pemainku tampil
dengan kostum standar pemain bola: kaos dan celana pendek (jangan sebut
itu”kolor”). Paling-paling yang berubah adalah tampilan jersey tim dari musim
satu ke musim berikutnya. Setelah pertandingan dimulai, jangan tanyakan lagi:
rambut sudah berantakan, wajah bersimbah keringat (halaah), baju kotor karena
jatuh bangun di lapangan, bahkan kadang-kadang mereka juga harus terus
berlarian di bawah air hujan (syahdunya.....). Tapi bagiku Leo terlihat lebih
keren dalam “wujud”nya yang semacam itu dibanding jika ia memakai setelan jas
mahal dengan sisiran rambut rapi ketika menghadiri acara penghargaan FIFA
Ballon D’Or. Jadi, bukan “orang”nya yang aku bandingkan, tapi kesamaan cinta
kami kepada mereka (kalaupun kau bilang berbeda, setidaknya menurutku itu
mirip).
Memang,
diakui atau tidak, hal-hal yang semacam ini punya dua sisi yang selalu ada dan
melekat pada setiap hal: sisi positif dan sisi negatif. Bagaimanapun kerasnya
kita berdalih bahwa tidak ada sisi negatif dari hal ini, kita tidak akan
berhasil membuktikannya. Hanya saja, semua kembali kepada cara masing-masing
individu dalam menanggapi dan mengelola emosinya sendiri.
Ketika
kau mendengar kalimat sinis seperti: “Apa sih bagusnya Suju? Apa sih kerennya
cowok-cowok yang nyanyi sambil nge-dance? Nggak macho banget...” Mungkin hampir
sama rasanya ketika aku mendengar kalimat-kalimat ini: “Apa sih asyiknya nonton
bola? Apa sih bagusnya ngeliatin cowok-cowok pake celana pendek berlarian di
atas rerumputan sambil rebutan bola? Alah...bola tuh isinya rusuh doang.”
Aku
memaklumi bahwa dunia ini berisi jutaan pilihan dan penawaran, dan aku memilih
untuk mencintai sepak bola, seperti kalian telah memilih untuk menjadi bagian
dari ELF, seperti orang lain telah memilih untuk menyukai hal yang lain, dan
seperti orang lainnya yang memilih untuk tidak menyukai apa-apa.
Aku
memang bukan fans fanatik sepak bola yang punya berbagai macam koleksi
barang-barang berbau tim kesayangan. Aku juga tidak paham segala macam teori
tentang strategi permainan. Aku memang tidak mengerti apa perbedaan gaya
bermain Leo dan Ronaldo, tapi aku percaya bahwa “Jika ada hal lain yang sangat
menakjubkan di dunia ini selain cinta, adalah: sepak bola” dan aku juga
setuju, bahwa “Menjadi penggila bola berarti menjadi bagian dari keajaiban peradaban
manusia.” (Andrea Hirata-Sebelas patriot). Dan kalian, pasti juga punya
keyakinan masing-masing atas cinta semacam ini. Maka untuk orang-orang di luar
sana yang tidak mengerti, kita hanya bisa berkata,”Kalian memang tidak akan mengerti jika kalian tidak merasakannya
sendiri.”
# Teman-teman
ELF tercintaku (Sekyung, Sang Hyun, Eta): HWAITING!!! (tangan mengepal ke udara
dengan mata pika pika. Just remember this: though
the years go by, I will stay the same
(aku yakin semua ELF merasa seperti itu juga, kecuali mungkin seorang
mantan ELF labil yang merangkap menjadi Boice, Iam, etc-yang merasa ngaku
aja.... :p).
Kampus,
21 Maret 2012: 11.45’-di sela-sela kuliah Pendidikan Matematika 2
(yang
sedang membahas indikator pembelajaran menurut taksonomi seorang-antah-berantah
bernama-blum)
Comments
Post a Comment