sewaktu kamu sakit
Kalau aku punya bubuk floo, pintu ke mana saja
atau satu permintaan yang pasti dikabulkan, aku akan memilih pergi ke sana:
menemuimu.
Pukul 16.35 tadi sore. Aku sedang berbaring di
ranjang sambil mendengarkan Pledge ketika tiba-tiba.......
Hal yang paling
menyedihkan bukan karena membayangkan ada orang lain yang berada di sampingmu
sekarang, tapi karena mengetahui kamu sakit dan aku tidak bisa datang untuk
sekedar mengucapkan semoga lekas sembuh.
Apa yang harus
kukatakan?
Katamu, bukan kata sabar yang ingin kau dengar, sebab
kata itu hanya seperti doa-doa yang kita kira mustajab padahal hanya
mengingatkan kita pada sakit dan luka kita.
Jadi aku hanya bisa
berkata ‘semoga lekas sembuh’ berkali-kali, merapalnya seperti sebuah mantra
yang seolah-olah bisa benar-benar membuatmu lebih baik.
Ah.
Aku tidak tahu
rasanya jadi aku bahkan tidak akan punya kata-kata penghiburan apapun yang bisa
kuucapkan. Apakah sekarang kau mulai bosan pada langit-langit kamar? Apa saja
yang bisa kau lihat dari balik jendela? Apa yang akan kau lakukan ketika kau mulai
bosan? Apa kau akan bermain gitar?
Aku hanya ingin kau
memberiku satu senyum yang akan meyakinkanku bahwa kamu baik-baik saja.
Sebab aku tidak.
Sebab aku sedang
menangis sekarang.
Untuk pertama
kalinya merasakan jarak ini benar-benar jauh dan tidak ada yang bisa kulakukan
untuk menebasnya.
Semarang, 26
September 2013
Comments
Post a Comment