Berbicara Denganmu
You have no idea how happy I am just by
talking to you.
Sudah
lewat satu bulan sejak terakhir kali kita bicara.
Apakah
pernah ada hal penting yang kita bicarakan? Tidak juga.
Tapi semua
hal, seremeh temeh apapun, akan menempati ruang tertentu di otakku selama itu
adalah hal-hal yang pernah kita bicarakan. Maka tidak bisa bicara denganmu
untuk waktu selama itu adalah sesuatu yang mengganggu, yang kadang-kadang
sampai pada titik paling tidak masuk akal bahwa aku hampir saja menelfonmu
untuk sesuatu yang aku sendiri tidak mengetahuinya. Untunglah aku masih memiliki
cukup kewarasan untuk tidak melakukannya.
Seperti
rutinitas. Aku mengalaminya berulang-ulang.
Memiliki
perasaan semacam rindu untuk seseorang yang tidak seharusnya dirindukan dan
tidak pernah bisa mengatakannya benar-benar menimbulkan berbagai macam
kekonyolan. Aku mengetikkan sesuatu, membacanya, menghapusnya, mengetiknya lagi
dan begitu berulang-ulang, seolah-olah aku seorang anak kecil yang belum begitu
paham tentang bahasa. Apa yang menjadikan tindakan bernama “menyapa” ini
menjadi begitu sulit?
Aku juga
tidak tahu.
Pikiran-pikiran
seperti “ini terlalu aneh,” “akan terlihat jelas kau sedang kangen padanya,”
atau “ini hal yang benar-benar kelewatan” terus menerus muncul di otakku
sehingga “menyapa” menjadi hal yang teramat sulit dan harus dilakukan dengan
penuh pertimbangan.
Padahal
aku tahu kenyataannya tidak sesulit itu.
Aku bahkan
percaya sekalipun semua orang di dunia sepakat bahwa aku adalah “orang aneh,”
kau akan menjadi orang yang tidak pernah mengatakannya.
Apapun
yang kukatakan kau akan menjawabnya dan tidak akan pernah bertanya “kenapa.” Semua
sisi yang kumiliki dalam diriku berterimakasih karena kau telah menjadi teman
yang begitu baik pada orang asing sepertiku. Tidak ada sesuatu yang berlebihan
yang seharusnya kuinginkan tentang semua ini.
Jadi apa
kau merasakannya?
Persediaan
kebahagiaan yang kudapatkan untuk berhari-hari ke depan.
Hanya
karena berbicara sebentar.
Denganmu.
Comments
Post a Comment