~pada tanah berumput di samping kelas
aku datang
padamu lagi, yang kembali hijau dan terlihat bahagia seakanakan tidak pernah
gersang diberangus kemarau panjang kemarin dulu.
aku katakan:
selamat pagi, dan bertanya pada temanku apakah kau akan mengerti pada bicaraku.
ke dalam
akarakarmu yang tidak pernah mati, daundaun putri malu yang tersembunyi,
batangbatang bunga kecil yang bahkan tidak punya warna, pada semesta kecil
tempat kau berada:
aku datang
kembali dan semakin jatuh cinta.
di sini
kuterima keberadaanmu sebagai sebuah dunia tempat aku bisa melebur seperti kau
menerimaku, seperti kau menerima barisan pohonpohon jabon yang kini mulai
memucuk baru.
aku datang
padamu lagi.
bercerita
tentang keindahan dan keajaibankeajaiban kecil yang tinggal lebih lama dalam
ingatan.
setiap
kali kau akan memiliki tatapku lagi. Dan kita berdiskusi tentang waktu yang
sepi, sungguhsungguh sepi dan sendirian.
tapi kita
memang selalu sendirian.
semarang,
1 november 2012
*Aku
menyebut gundukan kecil tanah berumput itu sebagai taman dandelion. Sejak semester
1, aku sudah sering memetik bunga-bunga rumput yang tumbuh di sana dan
meniupnya. Setelah aku menyukai dandelion, aku semakin senang memperhatikannya
meskipun aku tahu mereka bukan dandelion. Ada tiga tanah berumput semacam itu
di kampus, salah satunya sekarang sudah tidak ada karena terkena proyek
pembangunan gedung baru.
Comments
Post a Comment