Lagu Kita
Musik seperti sesuatu yang
alami. Sesuatu yang memang seharusnya ada. Irama, nada, keteraturan, keindahan,
bukankah semuanya itu seakan-akan memang sepatutnya ada dalam hidup? Karena
itulah aku mencintai musik.
Musik, lagu, kata-kata yang
dinyanyikan itu, hampir seperti puisi. Sama-sama indah dan mengesankan. Karena
itulah setiap lagu memiliki jiwa dan arti tersendiri, termasuk beberapa lagu
yang sangat membekas untukku.
Aku menyukai banyak lagu dan
banyak jenis musik. Tidak masalah apapun bahasanya, setiap lagu bisa menjadi
indah. Karena mereka universal. Setidaknya, menurutku begitu. Ada banyak lagu
yang bisa mengingatkanku pada suatu masa, suatu kenangan, suatu perasaan, dan
bahkan sesuatu yang aku sendiri tidak tahu.
Seperti sebuah lagu itu.
Lagu yang aku suka karena
liriknya yang seperti puisi.
Lagu yang aku suka karena
musiknya yang indah.
Lagu yang aku suka karena
maknanya yang dalam.
Sebenarnya, lagu yang awalnya
kusukai karena kau bilang kau menyukainya.
Sampai sekarang, di manapun
dan kapan pun aku mendengar lagu itu, tidak bisa tidak aku akan teringat
padamu. Bukankah aku pernah mengatakannya? Aku menyebut itu lagu kita.
Sekarang, bagaimanapun juga tidak akan ada lagi lagu kita. Tak ada nada, tak
ada irama. Aku berjalan dengan diam, sendirian. Tapi tetap saja, lagu itu bukan
hanya sekedar lagu untukku. Kau boleh saja punya lagu lain dengan kenangan lain
dan orang yang lain, tapi lagu itu adalah laguku, untukku. Jadi jangan
mengambil dan memberikannya kepada siapapun. Biarkan aku memilikinya untukku
sendiri. hanya sedikit, bukan? Hanya kenangan dalam sebuah lagu. Tidak lebih.
Mungkin kau bisa berhenti
menyukaiku.
Mungkin aku juga akan
berhenti menyukaimu.
Tapi, aku tidak bisa berhenti
menyukai lagu itu.
“...
I found you, something told
me to stay
I gave in to selfish way
And how i miss someone to
hold when hope begins to fade...”
Semarang, 24 Januari 2012
Comments
Post a Comment