Tentang Jimin dan BTS

Jadi begini, ya.

Sepertinya saya memang sudah terlalu tua untuk membahas beginian, tapi nyatanya hal-hal ini masih memberi saya kebahagiaan fana. Jadi gimana, dong? Saya memutuskan untuk menuliskannya agar bisa dikenang di masa yang akan datang.

Saya sudah sering menulis tentang kebiasaan saya menyukai banyak hal. Buat saja daftarnya dan itu akan jadi cukup panjang. Dasar lemah, memang! Saya gampang sekali menyukai sesuatu. Kenapa, ya? Saya juga kurang paham. Ketika kemarin membuka blog ini lagi dan membaca-baca tulisan lama, ya ampun, banyak sekali yang sudah saya sukai. Mulai dari Yoon Shi Yoon, The GazettE, JKT48, Persija, Tao EXO, Kim Hanbin iKON, dan sederet yang lain yang tidak saya tuliskan (misal: Jang Geun Suk gara-gara drama Marry Me Marry, aktor Thailand Jatayu yang main di Suckseed, Baro B1A4, CN Blue, boyband Indonesia S4 dan lain-lain, dan lain-lain).

Iya, barangkali saya memang se-fangirling itu. Ngomong-ngomong saya heran kenapa cerita saya dan S4 tidak saya tuliskan di sini. Mungkin karena saking sukanya waktu itu (sampai ngejar-ngejar ke Simpang Lima, kasih gift ke hotel, kesemprot gas air mata pas nonton mereka, nganterin ke bandara, bikin project dan jadi ketua fanbase hahaha) malah jadi lupa ditulis.

Kembali lagi ke BTS.

Mereka debut di tahun 2013 dan sekarang menjadi boyband paling terkenal di jagad raya.

Lain dengan hal-hal sebelumnya yang biasanya saya sukai sekali pandang, cerita dengan BTS agak panjang.

Tahun 2013 ketika mereka keluar dengan No More Dream, saya masih tinggal di sebuah kos di Semarang dengan sekumpulan Kpopers di dalamnya. Lina memperlihatkan MV BTS pada suatu hari sambil bilang, "Nih, model boyband sekarang lagi musim yang garang-garang." Saya meng-copy MV itu untuk menambah koleksi. Lagunya asyik sih, tapi saya tidak tertarik untuk mengenal lebih jauh meskipun saya juga mendengarkan lagu-lagu mereka yang lain (saya paling suka Just One Day). Paling pol saya dan Lina cuma hafal mukanya Rap Monster karena dia kelihatan paling 'beda' dengan nama panggung yang menurut Lina lucu (bukannya garang) dan tentu saja karena kacamata hitam besar yang menutup wajahnya waktu itu.


duh, ini Jimin, kan?

Tahun 2015, saya pindah ke Jogja dan masih ketemu Lina sebagai teman per-Kpop-an. Saya sebagai pekerja yang masih banyak nganggur dan Lina sebagai mahasiswa S2 yang masih bebas ke sana kemari. Kami berdua akhirnya kos bareng dan masih menyalurkan hobi fangirling-an terutama dalam dunia dance cover yang sama sekali tidak saya punya waktu di Semarang. Selama 2015-2016, saya dan Lina mendatangi hampir semua event Kpop dan Jejepangan di Jogja. Kami menemukan beberapa teman baru seperti Anggi yang masih berteman baik dengan kami sampai sekarang. Salah satu masa-masa yang paling indah, sih. Ketika kami berburu tiket sejak pre-sale, datang awal demi dapat tempat duduk yang bagus, bahkan mengeluarkan uang sampai ratusan ribu 'hanya' demi acara dance cover.

Gimana, ya. Rasanya puas, gitu, hanya dengan menonton dance cover-nya dan merasakan atmosfer dunia fans Kpop yang jarang ditemui kecuali kalau kita pergi ke konsernya langsung. Jadi saya dan Lina pun pergi ke sana kemari untuk menonton dance cover, bahkan sampai terjebak ke dunia dance cover Jepang yang bahkan baru saya tahu nama idol grupnya. Aneh, memang. Nonton dance covernya dulu, baru cari tahu tentang idol aslinya.

Ada banyak cerita sih tentang dunia fangirl dance cover ini. Mulai dari terjebak seorang trap imut yang ternyata seorang perempuan, sok-sokan kasih hadiah, bikin poster dan handbanner buat dibawa-bawa ke event, bikin grup chatting yang mendukung khusus satu grup dance cover, merayakan ulang tahun mereka, bolos dari tempat diklat cuma buat nonton debut salah satu dance cover-nya iKON, berjuang merekam penampilan mereka buat koleksi dan di-upload ke Youtube, malu-malu pas mau minta foto (padahal merekanya biasa aja), buka puasa bareng, stalking instagram mereka, memburu tiket VIP yang sampai bisa pilih nomor kursi, bela-belain ajak Abang ke salah satu event dan teriak-teriakin nama mereka di depan Abang (untung Abang nggak ilfil).

Iya, sampai seperti itulah saya.

Ternyata kalau ditulis begini saya baru sadar bahwa saya pernah ada di masa-masa seperti itu. Hahaha. Dunia fangirl DC rupanya tidak kalah dari dunia fangirl yang sebenarnya.

Jadi apa hubungannya semua ini dengan BTS dan Jimin?

Ada, tentu saja. Kalau tidak apa untuk apa saya ceritakan.

Selama menjadi pemuja dance cover, saya baru tahu kalau waktu itu BTS sudah sangat amat booming sekali di Indonesia. Banyak grup DC yang meng-cover mereka dan membuat saya sadar lagi bahwa gerakan dance mereka memang keren dan sulit. Zaman old dulu ada BAP yang terkenal dengan dance sulitnya. BTS tidak kalah sulit dan enerjik. Berhubung seseorang yang jadi favorit saya waktu itu dari dunia DC Jepang juga merangkap ke Kpop dan meng-cover BTS, mau tidak mau saya jadi agak hafal lagu dan pola fanchant-nya. Member yang saya ketahui namanya pun bertambah dengan V alias Taehyung (berhubung dia meng-cover V). 

Saya jadi mengakui kalau lagu-lagu BTS memang asyik, jadi saya pun mendengarkan lagu-lagu mereka kalau pas luang di kantor, semacam Dope, Fire, I Need You dan lain-lain (bertambah satu member yang saya hafal nama dan wajahnya: Jungkook). Tapi, waktu itu saya tidak berpikir untuk menyukai BTS lebih dari mendengar lagu-lagunya. Rasanya mainstream gitu, saking banyaknya orang yang sudah menyukai BTS. Jadi saya bertekad tidak ingin ikut-ikutan suka (halah).

Kemudian saya semacam menjilat ludah sendiri.

Ketika Blood, Sweet and Tears menyerang pada tahun 2016.


Sumpah ya, entah kenapa memang di sini Jimin tiba-tiba mencuri semua perhatian saya biar pun member lain juga tak kalah bercahaya.

Saya ingat waktu itu saya langsung tanya ke Anggi siapa nama dia, member yang dapat bagian nyanyi paling awal dan kelihatan seksi sampai ke seluruh penampilannya, bahkan bajunya, rambutnya, gerakan tangannya, cara matanya mandang kamera, semuanya lah. Saya pikir orang ini mungkin sudah seksi sampai ke sel-selnya. Anggi yang waktu itu sudah terjerumus menjadi fans BTS pun mengirimkan foto-foto Jimin yang membuat saya panas dingin (Cerita Anggi jadi ARMY ini pun lucu. Awalnya dia tidak kenal BTS, tapi ada suatu event di mana untuk masuk gratis atau murah saya lupa, bisa bergabung ke lomba fandom. Waktu itu bintang tamunya DC dari Thailand jadi kami ingin nonton. Anggi pun saya suruh ikut fandom BTS walaupun dia nggak kenal member-nya. Dia menyamar jadi ARMY demi bisa dapat tempat duduk di lomba fandom dan ketika ditanya bias-nya siapa, dia asal menjawab V. Sekarang, dia sudah terjerumus menjadi bucin BTS hahaha).

Jadi ketika melihat Jimin, saya berpikir.

Ada ya, manusia seindah ini.




Jimin dengan silver hair dan tatapan mata yang entah apa itu maksudnya, benar-benar seperti penyihir. Saya sungguh kehilangan kata untuk mendeskripsikannya.

Ketika saya baca-baca komentar di MV mereka di Youtube, ternyata bukan hanya saya manusia yang terkena Jimin's effect akibat Blood, Sweat, and Tears. Banyak orang lain yang jadi jatuh cinta karena melihat Jimin. 

Setelah itu, saya mulai sering menonton video-video tentang Jimin. Dan kaget. Kenapa ya, nasib saya begini. Dulu saya suka Tao karena di foto dia kelihatan amat sangat macho dan garang, apalagi pas main wushu. Ternyata dia preman berhati Hello Kitty yang nangis pas masuk ke rumah hantu. Begitulah Jimin juga, dalam konteks yang berbeda. 

Berkat kesan totally sexy-nya di MV Blood, Sweat and Tears, saya jadi terhasut pada pemikiran bahwa Jimin ini juga seksi dan manly abis dalam kesehariannya. Ternyata, ya, bukan sepenuhnya salah sih, tapi tidak juga sepenuhnya benar. Saya bingung mendeskripsikan Jimin saking uniknya bocah ini.

Park Jimin ini suaranya bagus, jelas. Suaranya alus banget, bahkan kalau sedang ngomong. Tipe-tipe yang makan banget untuk lagu ballad (hampir nangis saya kalau mendengarkan Serendipity). Dia jago nge-dance, jelas. Dulu dia sekolah si SMA seni gitu. Buat saya, Jimin adalah main dancer BTS. Setelah melihat video-video Jimin fokus, rasa-rasanya memang Jimin ini menari dengan tingkatan yang berbeda. Seakan-akan semacam seluruh sel dia ikut menghayati tariannya. Terutama ekspresinya, ya, entahlah. Saya tidak pernah menonton video member-fokus yang lain, jadi saya tidak tahu. Tapi bagi saya, Jimin is beyond amazing.



He is a total performer!

Seolah-olah belum cukup sempurna dengan kemampuan vokal dan dance-nya, dia juga punya kepribadian yang hangat, friendly, penyayang, duh, tulis saja semua sifat baik dan kita bisa menemukan hampir semuanya pada Jimin. Dan satu lagi, dia ini ternyata suka bertingkah imut. Ambyar sudah kesan seksinya. Jadi gimana ya, Jimin itu seakan-akan anomali. 

Seksi, tapi juga imut.

Badan kekar, tapi muka baby face.

Kan kurang ajar.

Seakan-akan Jimin punya semua perpaduan hal-hal yang bagus di dunia.

bisa imut begini

tiba-tiba bisa juga begini
Kalau masih mau terjerumus lebih jauh lagi, kita harus menilik ke masa lalu di mana Jimin masih insecure dengan pipi chubby-nya dan bully-an bahwa dia gendut.

iya, dulu dia masih se-bocah ini
Kabarnya dia mati-matian diet dan latihan biar bisa jadi sempurna. Sepertinya memang dia ini tipe perfeksionis (apa ada hubungannya dengan golongan darahnya yang A?)

Kalau sekarang pipi chubby-nya sudah menghilang dan muncullah Jimin yang seperti ini.


lebih dewasa, lebih tirus

Jim, kamu manusia?


Rasanya tuh kayak saya ingin bilang ke dia,

"Jim, kamu sudah sempurna apa adanya. Mau chubby mau tirus, kamu sempurna. Kamu berbakat dan banyak orang yang kagum saya kamu."

Sekarang dia sudah lebih dewasa, jadi semoga dia juga lebih mencintai dirinya sendiri dan menyadari banyak orang yang mengagumi bakat dia, bukan hanya karena fisik saja.

Ngomong-ngomong tentang mencintai diri sendiri, ini adalah salah satu hal yang membuat saya mengagumi karya-karya BTS (duh, kesannya bahasa langit banget). Sejak tahun lalu, BTS aktif mengampanyekan gerakan “Love Yourself” bersama UNICEF sebagai gerakan mengajak para remaja lebih mencintai diri sendiri agar terbebas dari depresi dan gangguan mental lain. Yah pokoknya positif banget lah, googling saja untuk tahu lebih dalam tentang gerakan ini. Yang jelas ketika mendengarkan lagu-lagu mereka dan membaca liriknya (terutama lagu-lagu di album Love Yourself), banyak pemahaman baru yang rasanya menghampiri otak. Kalau buat saya, yang paling terasa adalah pemahaman bahwa kebahagiaan itu adalah pilihan kita sendiri, bukan tergantung dari orang lain.



Intinya, saya bukan ARMY.

Saya hanya penikmat yang mengagumi karya-karya BTS (dan Jimin, khususnya). Selain fakta bahwa BTS telah mencapai banyak rekor dan prestasi yang melampaui boyband Kpop lainnya (tidak usah saya sebutkan lah ya, saking banyaknya), ada banyak hal positif yang memang bisa kita ambil dari mereka. 

Mereka dulu hampir bubar karena belum terlalu terkenal dan berasal dari agensi kecil. Hampir semua member pernah di-bully karena kekurangannya. Tapi mereka tidak menyerah dan sekarang, lihat saja sendiri. Mereka bahkan berpidato di rapat PBB.

pidato yang sangat touching

Di atas semuanya, karya-karya BTS memang layak diapresiasi. Abang saja suka kok lagunya, dan sering tanpa sadar menyanyikan Spring Day atau I'm Fine. Hahaha.

Sukses terus, BTS!

And Jimin, I adore you so much!

Yogyakarta, 29 September 2018












Comments

Popular Posts