Cerita Pengantin (Tidak) Baru 7: It's Okay, I Love Myself




Ternyata sudah satu tahun lebih, ya.

Banyak yang terjadi, banyak yang sama saja. Saya masih merasa Abang sama saja seperti waktu kami masih berteman dulu (makanya saya sebut dia teman hidup, kan?) Saya bersyukur pada banyak hal dan masih belajar untuk menjadi manusia dewasa yang seharusnya bijaksana. Kadang-kadang saya lupa umur dan terkejut ketika sadar bahwa saya sudah tidak semuda dulu.
Banyak hal-hal yang cukup baru yang akan kau temukan ketika kau sudah menikah. Misalnya kau harus ikut arisan ibu-ibu PKK dan bersosialisasi dengan tetangga. Kalau orang bilang banyak hal yang tidak akan lagi bisa kau lakukan setelah menikah, menurutku itu salah dan juga benar. Saya merasa saya masih sebebas dulu, meskipun tidak sama. Kadang-kadang saya masih bisa bertemu dan kumpul dengan teman-teman tanpa Abang. Terimakasih Abang yang selalu mengerti dan memberi izin bahkan untuk nonton dance cover Kpop suatu hari yang lalu (beruntung sih tempat acaranya cuma di mall seberang rumah hahaha). Saya juga masih suka nonton drama dan video-video Korea, bahkan kadang Abang ikut-ikutan nonton kalau dramanya bagus. Saya pun masih suka malas-masalan, kadang malas masak, malas nyuci, malas melakukan apa-apa. Kalau Abang, masih suka ngajak ke biskop nonton film-film yang menarik terutama film-film superhero Marvel. Ya, bisa dibilang kami masih banyak bersenang-senang seperti orang lain.

Tahu kenapa?

Mungkin karena kami belum ada anak. Hahaha.

Tidak usah diberitahu, saya sudah tahu kalau katanya punya anak itu akan memberikan jenis kebahagiaan lain yang tidak akan dimengerti oleh orang yang belum punya anak. Di sini saya tidak akan bercerita tentang apa saja yang kami rasakan atau kami lalui. Pertanyaan ‘sudah punya anak berapa’, ‘sudah hamil belum’, ‘apa nggak pengin punya anak,’ itu sudah lumayan biasa. Saya tidak mau dikasihani karena menurut saya tidak ada yang perlu dikasihani dari saya.

Saya memang sudah menikah dan belum dipercaya untuk mempunyai anak.

So what?

Bukan berarti saya harus meratap setiap hari dan melupakan jenis-jenis kebahagiaan yang lain, kan? Saya juga ingin dan berhak bahagia seperti orang-orang lain. Bohong kalau saya bilang saya tidak cemas dan memikirkan banyak hal negatif. Tapi saya berusaha mengimbanginya dengan berbahagia sesuai yang saya bisa. Orang bilang bahwa punya anak itu adalah kebahagiaan tak terkira. Tapi kalau Dia memang belum kasih saya anak, terus saya hanya boleh bersedih? Tidak. Ada banyak hal yang bisa saya syukuri dan bisa saya jadikan kebahagiaan. Bukan berarti saya tidak ingin, ya. Tapi kalau kuasa untuk menghadirkannya bukanlah di tangan saya, saya bisa apa selain berusaha, berdoa dan bahagia dengan apa yang ada?

Saya punya suami yang tetap sayang, keluarga yang tetap cinta, tulisan dan lagu-lagu yang membuat bahagia, drama Korea untuk ditonton, dan waktu-waktu untuk merenung (kok kelihatannya hidup saya santai sekali, ya? Biarlah).

Ya, saya masih begini.

Tak apa.

I love my self.

Yogyakarta, 26 September 2018: 10.41’

Comments

Popular Posts