Lebih Dari yang Kuduga

Ternyata aku menyukai mereka lebih dari yang pernah kuduga.

Aku sudah bercerita bahwa aku menyukai anak-anak. Aku senang melihat mereka tersenyum, tertawa, bicara, berlari, dan segala tingkah laku mereka. Setiap kali bertemu anak-anak di dalam bis, ketika membeli sesuatu di warung atau di manapun, aku tidak bisa menahan diri untuk menatap mereka dan kemudian tersenyum atau kadang-kadang mencubit pipi mereka (sampai aku takut kalau ibu mereka marah).
Bisakah kalian bayangkan kalau aku berada di sebuah tempat berisi anak-anak selama tiga bulan?
Ya, aku datang ke sekolah dasar hampir setiap hari selama tiga bulan, bertemu dengan anak-anak, bicara dan tertawa bersama mereka. Memang benar, harusnya aku menjadi seorang “guru” meskipun sebenarnya aku masih “calon guru.” Tapi kadang-kadang aku terlalu menyukai mereka sampai aku lupa satu fakta yang harus kuingat itu.
Di luar kelas mereka begitu manis. Banyak hal polos ataupun konyol yang mereka lakukan dan katakan. Aku senang memeluk atau hanya sekedar mengusap rambut mereka, memperhatikan mereka bicara dan tertawa. Sekalipun mereka begitu banyak, aku ingin sekali bisa menghafal nama-nama mereka (kenyataannya aku baru bisa menghafal nama anak-anak yang cerewet, yang agak nyeleneh atau yang terlalu manis untuk dilupakan namanya).
Yah... Di dalam kelas memang keadaannya lain. Aku ingin bisa membedakan antara “tegas” dan “galak” karena kalau sampai mendengar mereka mengatakan kalimat “Bu Ismi galak” rasanya aku tidak akan senang. Mereka memang sulit dikondisikan di dalam kelas. Barangkali salah satu faktornya karena aku memang masih kurang tegas dan karena mereka tahu aku bukan “guru” mereka yang sebenarnya. Aku adalah tipe orang yang tidak bisa tega kepada rengekan anak-anak. Tapi setelah beberapa kali masuk kelas, akhirnya aku bisa membedakan rengekan mana yang harus kuperhatikan dan mana yang tidak. Beberapa kali aku mengabaikan anak yang menangis di kelas karena bertengkar dengan temannya. Memperhatikan anak seperti itu secara berlebihan hanya akan membuat mereka manja dan membuat anak-anak lain terabaikan (menurutku begitu).
Sedangkan di luar kelas lain lagi.
Aku tidak bisa mengelak dari pesona kepolosan dan ketidakberdosaan mereka (kebanyakan anak terlihat seperti itu). Siapapun yang lewat di dekatku, aku ingin paling tidak menyebut nama mereka dan melihat mereka tersenyum. Memang benar sebenarnya aku memperhatikan dan menyukai beberapa anak lebih dari anak yang lain karena alasan-alasan yang tidak bisa dijelaskan, tapi bagiku itu adalah rahasia yang tidak boleh mereka ketahui.
Dulu aku mengira bahwa aku bukan tipe orang yang akan disukai oleh anak-anak. Aku mengira aku akan terlihat suram dan tidak menarik di mata mereka. Tapi ternyata tidak. Mereka menyukai semua orang baru dan selanjutnya tergantung cara kita memperlakukan mereka.

Ya, aku menyukai mereka lebih dari yang pernah kuduga.

Dan ini beberapa anak “istimewa” ku J

 

                                                         Ini si hitam manis Yanuar Ardi, kelas 1.
                                                         Tidak tahu kenapa aku menyukainya begitu saja.




 

Romirza, sang kungfu panda dari kelas IIB yang sangat polos dan unyu. Apapun yang dia lakukan terlihat begitu imut ><


Ballya, kelas 1.
Dia sering sulit diatur, tapi akhir-akhir ini
dia begitu manis dan pintar J



Danu, si manis dari kelas IIIA yang jarang bicara dan punya lesung pipi di pipi kirinya. Dia mengingatkanku pada seseorang.


Namanya Kurnia Arsyan. Panggiannya Ian.
Anak kelas IV ini hobi nggelitikin saya -_-


This is my "Prince," Prince Valerie dari kelas IV.
Waktu pelajaran SBK, dia buat dua boneka ini. Satu buat saya :")
*padahal temen2nya yang lain ribut minta bantuin ini itu*



Ini Raditya dari kelas IIIB, cita-citanya jadi astronot.
Dia sangat senang waktu saya panggil dengan sebutan "pak astronot" :D


Intan, Mila, Indira dan Fia dari kelas IIIB juga :)
I'm being loved :")


Kelas 1: Anisa, Ega dan Aska.
Ga tau tuh narsis banget mereka XD

Comments

Post a Comment

Popular Posts