Mimpi

Taken from https://blossomind.files.wordpress.com/2012/08/senja-imelda-223.jpg


I could stay awake just to hear you breathing
Watch your smile while you are sleeping
While you're far away of dreaming


Aku sering menuliskannya dalam ceritaku

“Ketika dua mata itu terpejam, jarinya bergerak menyusur garis bulu mata, seperti ingin menghitungnya satu per satu.”

Selalu ada perasaan ajaib sewaktu apa yang pernah kutulis pada akhirnya bisa kulakukan sendiri dengan tanganku, bukan tangan milik namanama yang hanya bisa kuhidupkan dalam khayalan.

Jadi seperti itu rasanya. Ada suatu ketika di mana aku berpikir bisa menghabiskan seribu empat ratus empat puluh menit hanya dengan duduk diam dan menggenggam jarimu.

Dan di sanalah aku –pada suatu sore yang barangkali akan membuat kita mengingat warna permen kapas atau ingin berjalanjalan dan makan jagung bakar. Tapi kita hanya diam di suatu tempat kecil, anggaplah di sana terasing dari dunia, hanya punya kita saja di mana kita purapura lupa pada apapun.

Dan kemudian matamu terpejam di bawah tatapanku. Perasaan ajaib itu pun datang, seperti keluar dari dalam buku dongeng. Aku mendengar napasmu –begitu dekat sekalipun masih bertanyatanya apakah aku tengah bermimpi. Kau tidak bergerak ketika jariku menyusuri wajahmu, berharap memoriku bisa merekamnya baikbaik jika nanti aku lupa. Kau masih tidak bergerak ketika jariku menyentuh alismu, bertanyatanya apa yang sedang terjadi sebenarnya. Dan aku pun melakukannya –menyusuri bulu matamu meskipun tidak sanggup menghitungnya. Satu per satu –sembari mengingat yang masih bisa kuingat, sembari tersenyum sebelum air mataku mulai terjatuh, sembari merapalkan katakata maaf yang tak terdengar.

Aku memang pendosa.

Katakanlah aku jalang, aku tidak akan punya pembelaan.

Bahkan sekalipun begitu, aku masih merasa aku bisa terjaga sepanjang malam hanya untuk melihatmu terpejam, untuk mendengarkan napasmu, untuk menyusuri bulu matamu –berkalikali, hingga kau terbangun dan tersenyum: padaku, wajah pertama yang kau temukan. Tapi begitu mimpimu berakhir, aku mesti pergi. Sebab aku juga terbangun dari mimpi: bahwa kau, aku, kita, dengan sadar telah menyakiti diri kita sendiri.

Kebumen, 29 Desember 2015: 11.26’


Comments

Popular Posts