mengenang (lagi)
al,
jika mencintaimu adalah perjalanan, maka otakku pun akan
gagal merapalnya. aku hilang arah. terlalu panjang dan melelahkan. ketika itu
aku tidak pernah singgah sebab terlalu yakin bahwa kau adalah tujuan. nyatanya
kau menutup jalan, mengungkungku di ujung buntu yang tidak punya jalan pulang.
sewaktu kau pergi dengan meninggalkan lebam dan memar
pada sajaksajakku, aku berjanji tidak akan menulis untukmu lagi. semua harapan
adalah pembunuh mematikan. tapi ternyata luka dan kesakitan pun bisa menjadi
tinta, mengenangmu dalam sajak yang diamdiam menyimpan air mata.
tolong ceritakan, apakah semudah itu melupakanku?
bahkan jika aku tidak pernah menetap dalam ruang ingatan
yang kau sebut cinta, setidaknya aku pernah menjadi seorang anak perempuan
pengganggu berbaju putih biru yang memberimu sepucuk surat cinta pada hari
kenaikan kelas. betapa konyol dan memalukan, tapi aku tidak pernah menyesal.
sebab dengan begitu aku akan selalu tinggal dalam kenangankenanganmu tentang
masa kecil yang barangkali patut untuk ditertawakan.
ya,
mungkin benar hidup ini adalah lelucon –dan kita mesti
bisa menertawakan diri sendiri.
orangorang bertemu, jatuh cinta, berpisah, berjalan
memunggungi dan saling melupakan. tapi kita tidak termasuk salah satu di
antaranya. sebab aku yang jatuh cinta –kau tidak, hanya datang agar kemudian
bisa pergi usai membuatku merasa hampir memiliki.
sungguh, al, seluruhmu telah pernah kucintai.
tapi jika kau membaca ini kau akan berpikir bahwa aku
pendendam.
tidak, al, ini bukan dendam.
hanya saja jejak yang terlalu dalam memang selalu
meninggalkan luka yang lebar.
kebumen, 2 agustus
2014: 19.05’
Comments
Post a Comment